Rabu, 02 Mei 2012

Belajar Dari Ki Hajar Dewantara

Kalau mendengar nama Ki Hajar Dewantara, apa siy yang terlintas dalam pikiran kita? Pasti diantaranya adalah pendidikan, taman siswa dan tut wuri handayani. Well, beliau memang dikenal sebagai bapak pendidikan di bumi pertiwi ini. Aniwie, dulu jaman SD pasti kita mempelajari sejarah tokoh pendidikan Nasional ini, tapi mungkin sekarang kita sudah tidak mengingatnya dengan baik. Sekedar mengingatkan kembali bahwa Ki Hajar Dewantoro lahir lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun. Beliau memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (diganti menjadi Ki Hajar Dewantoro (tanpa gelar kebangsawanan supaya bisa lebih dekat dengan rakyat) pada usia 40 tahun).

Bicara tentang Ki Hajar Dewantoro, pasti gak jauh-jauh dari pendidikan tapi sebenarnya apa siy definisi dari pendidikan itu sendiri? Menurut wikipedia pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Masih menurut wikipedia, filosofi pendidikan itu biasanya berawal saat seorang bayi sejak dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran. Nah, untuk itu anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam, sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka, walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.

Ki Hajar Dewantara, pendidik asli Indonesia, melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologiknya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Sementara pendidikan yang humanis menekankan pentingnya pelestarian eksistensi manusia, dalam arti membantu manusia lebih manusiawi, lebih berbudaya, sebagai manusia yang utuh berkembang. Menurut Ki Hajar Dewantara bapak pendidikan kita, hal tersebut menyangkut daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif)). Singkatnya, “educate the head, the heart, and the hand !”

Ajaran Ki Hajar Dewantoro yang sangat populer dan dijadikan semboyan pendidikan kita adalah Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani yang intinya bahwa seorang guru atau pemimpin harus memiliki ketiga sifat tersebut agar dapat menjadi panutan bagi orang lain. Guru sebagai pendidik yang merupakan perantara Tuhan maka guru sejati sebenarnya adalah berwatak pandita juga, yaitu mampu menyampaikan kehendak Tuhan dan membawa keselamatan.

Mau tau lebih dalam ajaran bapak pendidikan kita ini? Yuks, kita selami ajaran beliau kata demi kata :

Ing Ngarso Sun Tulodo
Ing ngarso = didepan / dimuka
Sun = Ingsun = saya
Tulodo = tauladan
Jadi makna Ing Ngarso Sun Tulodo adalah menjadi seorang guru atau pemimpin atau panutan harus mampu memberikan suri tauladan bagi orang - orang disekitarnya. Sehingga yang harus dipegang teguh oleh seseorang adalah kata suri tauladan.

Ing Madyo Mbangun Karso
Ing Madyo = di tengah-tengah
Mbangun = membangkitan atau menggugah
Karso = bentuk kemauan atau niat
Jadi makna dari kalimat tersebut adalah seorang guru atau pemimpinan atau panutan ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat . Karena itu mereka juga harus mampu memberikan inovasi-inovasi dilingkungannya dengan menciptakan suasana yang lebih kodusif untuk keamanan dan kenyamanan.

Tut Wuri Handayani
Tut = nututi = mengikuti
Wuri = mburi = belakang
Tut Wuri = mengikuti dari belakang
Handayani =berati memberikan dorongan moral atau dorongan semangat
Jadi maksud Tut Wuri Handayani ialah seorang guru atau pemimpin atau panutan harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Dorongan moral ini sangat dibutuhkan oleh orang - orang disekitar kita menumbuhkan motivasi dan semangat. Dari definisi kebahasaan Tut Wuri Handayani ini dapat kita tafsirkan ke dalam beberapa prinsip yaitu : prinsip kemandirian, prinsip regenerasi, prinsip edukasi dan pembinaan, juga prinsip pengawasan dan pengarahan.

Jadi secara tersirat Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani berarti figur seseorang guru atau pemimpin atau panutan yang baik adalah disamping menjadi suri tauladan atau panutan, tetapi juga harus mampu menggugah semangat dan memberikan dorongan moral dari belakang agar orang - orang disekitarnya dapat merasa situasi yang baik dan bersahabat . Sehingga kita dapat menjadi manusia yang bermanfaat di masyarakat.

Akhirnya kita perlu menyadari bahwa tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia muda. Pendidikan hendaknya menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih manusiawi, berguna dan berpengaruh di masyarakatnya, yang bertanggungjawab atas hidup sendiri dan orang lain, yang berwatak luhur dan memiliki keahlian.

Well, teman-teman sebagai seorang yang baik (walaupun mungkin orang lain menganggap kita tidak baik tetapi pasti dari dalam diri kita sendiri ada keinginan untuk menjadi baik dan lebih baik lagi) apapun profesi dan posisi kita dalam kehidupan sehari-hari kita pasti menjadi panutan atau pemimpin, entah itu di kantor, di sekolah, di organisasi atau setidaknya di rumah. Kadang tanpa kita sadari kita adalah guru bagi orang-orang di sekitar kita, baik secara langsung ataupun tidak kita memberikan pendidikan pada mereka. Lalu apakah tindak tanduk dan sikap kita sudah mencerminkan hal-hal yang sudah diajarkan oleh Ki Hajar Dewantoro?

Yuk, sama-sama kita instropeksi diri. Bagi teman-teman yang merasa dirinya sudah seperti itu, syukur alhamdulilllah semoga teman-teman bisa lebih meningkatkan kuwalitas Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani dalam implementasi kehidupan sehari-hari. Sedangkan bagi teman-teman yang merasa belum bisa mengaplikasikannya, don’t worry tidak pernah ada kata terlambat. Ayo bangkit, teman-teman bisa kok. Mari kita sama-sama belajar dari bapak pendidikan kita Ki Hajar Dewantoro, jangan sia-siakan pengorbanan beliau. Kita harus amalkan ilmu yang telah diwariskan beliau pada kita juga pada anak cucu kita kelak. Kalau pinjam istilahnya Bung Karno, “jas merah” jangan lupakan sejarah.

Selamat hari Pendidikan Nasional 2012. Terima kasih kepada seluruh guru-guru di bumi pertiwi. Kalian adalah penerus perjuangan Ki Hajar Dewantara yang nyata....

“Terpujilah, wahai engkau, ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup, dalam sanubariku
Semua baktimu, akan kuukir, di dalam hatiku
Sbagai prasasti, terimakasihku, tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan,
Engkau laksana embun penyejuk, dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan pembangun insan cendekia”



.:SiBart @020512
[ditulis dalam rangka Hari Pendidikan Nasional]

Tidak ada komentar: