Rabu, 10 Maret 2010
Coba Kalauuu...
Aku punya teman yang rajin kirim bait puisi, rangkaian kata dan untaian titik + koma pengantar tidur malam juga kalimat-kalimat spirit di pagi hari... dia itu penyair dan juga motivator buatku :)
Intensitas pertemuan kami bisa dibilang jarang walau komunikasi cukup lancar ya era cyber gitchu lho... namun kami memiliki banyak kesamaan minat dan hobi. Biasanya kami menghabiskan waktu bersama dengan melakukan salah satu kegiatan dari hobi kami, itulah kesempatan kami untuk saling berbagi selebihnya bisa dibilang tidak pernah punya kesempatan bersua.
Dua hari yang lalu kami ada appointment akan ke toko buku (baca buku adalah kesamaan hobi kami lainnya) di sebuah plaza di bilangan Senayan tanpa menentukan tepatnya jam berapa, pokoknya after office hour.
Jam 4pm kami confirm mengenai appointment kami. Aku masih di Bandung baru akan masuk tol pasteur menuju perjalanan pulang ke Jakarta dan dia masih ada pekerjaan di Bogor, akan naik kereta Pakuan Express tujuan Jakarta jam 4.30pm.
Jam 6.05pm dia telpon aku dan inform kalau dia sudah sampai di 'TKP' sedangkan aku masih di KM 33 sekitar Cikarang, mungkin baru akan sampai lokasi sekitar satu jam lagi. Akhirnya diputuskan batal dan lain kali direschedule tanpa alasan apapun.
Ehm... to be honest aku rada BT dan a bit esmosi, aku coba untuk cooling down dan atur strategi (efek baca buku the art of war niy) to solve it. Aku decide untuk demot tidak menghubungi dia selama satu hari dua malam memberi waktu untuk review sambil mencoba menata hati dan emosi.
Jali5x... jali3x jaliiiii... Jali (sambil nunjuk ujung-ujung atas jari tangan kiri jempol-klingking-jempol dengan telunjuk kanan) he3x ini 'games' yang pernah diajarin guru GPA aku jamannya sekolah dulu dan katanya bisa dikaitkan untuk menganalisa sesuatu, benarkah :? coba aja *ha3x intermezzo only*
Singkat cerita, semalam menjelang jam 12pm bait-bait puisi pengantar tidur malam itu datang lagi tapi tidak seperti biasa, kali ini tersirat lesu tak bergairah dan pesimistis... what's wrong???
Hingga akhirnya aku baru tau kalau dia itu dua malam dikejar demam dan kemarin sampai terpaksa mesti pindah kantor ke poliklinik RS PMI, Bogor :( lalu minta jemput adiknya dan untuk sementara 'dikarantina' di rumah adiknya di bilangan Depok, ngga boleh pulang ke Jakarta.
Oh my God... ternyata seperti itukah kejadian yang sebenarnya. Aku jadi feeling guilty niy, kenapa aku terlalu cepat mengambil kesimpulan. Andai dan andai silih berganti menghampiri diri ini...
Coba kalauuu... dia bilang mesti balik ke Bogor lagi, kan appointmentnya bisa direschedule
Coba kalauuu... dia bilang ngga enak body, kan ngga usah maksa
Coba kalauuu... dia mau lebih terbuka mengkomunikasikan sesuatu, kan ngga kejadian kaya gini
Coba kalauuu... aku bisa berpikir lebih jernih kan ga perlu emosi gini
Coba kalauuu... aku bs melawan egoku, kan ga perlu feeling guilty like this
Coba kalauuu... aku bisa lebih peka, mendengarkan "alam" dan membaca yang tersirat
Coba kalauuu... dst... dst...
Jadi sebagai bentuk penyesalan dan permohonan maaf, aku mesti pay attention ke dia dengan coba menghibur dan support dia... ngajak dia bercanda ria walau suaranya terdengar parau, kasih perhatian sebisanya, peduli sama keadaannya dan berdoa untuk kesembuhan serta kebaikannya.
Well, pesan moral yang ingin aku sampaikan disini adalah... cobalah komunikasikan segala hal dengan lebih terbuka, sampaikan maksud dan tujuan kita dengan lebih gamblang untuk menghindari kesalah pahaman + kegagalan komunikasi dan expresikanlah diri kita...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar