Kamis, 11 Maret 2010

Berdamai Dengan Keadaan



Ehm...sebelumnya jujur disini saya rada rancu sama definisi takdir/nasib/keadaan (mungkin kawan-kawan ada yang mau share?!). Whatever, untuk lebih mudahnya dalam hal ini saya akan menggunakan kata keadaan.

Berikut beberapa contoh kasus :

/* Saat kita sedang bersepeda sendiri tidak membawa ban dalam cadangan, tiba-tiba ban sepeda bocor

/* Pasangan hidup yang sudah sangat kita percaya ternyata mengkhianati kita

/* Usia pernikahan sudah cukup lama dan selama itu pula menanti kehadiran si buah hati. Usaha sana sini hingga akhirnya sang istri mengandung, namun baru sekian bulan harus mengalami keguguran

/* Kita sudah tunangan dan sedang mempersiapkan pernikahan, tiba-tiba karena sesuatu hal kita harus berpisah dan jalan masing-masing

/* Kita sudah dikaruniai keluarga harmonis dan bahagia... lalu karena faktor ekonomi, perceraian tidak dapat dihindari

/* Kita sudah buat janji dengan kawan dan tiba-tiba dibatalkan sepihak atau mendadak diundur sedangkan kita sudah mengorbankan hal lain untuk janji tersebut

Dari contoh-contoh kasus tersebut diatas, tentu akan sangat banyak cara pandang dalam menyikapinya. Namun disini saya akan membaginya dalam 2 (dua) kelompok :

1. Yang berdamai dengan keadan
2. Yang tidak berdamai dengan keadaan

Pada kelompok 1 (satu) biasanya orang tersebut akan berpikir positif diantaranya mengontrol emosi, menahan amarah, mencoba flash back review kebelakang, mengevaluasi mengapa hal tersebut bisa terjadi, menganalisa kedepan, mecari jalan keluar terbaik yang menguntungkan semua pihak, berdoa dan berusaha dan sisanya dipasrahkan kepada Tuhan, biar tangan Tuhan yang mengatur.

Berbeda dengan yang diatas yang masuk dalam kelompok 2 (dua) biasanya akan dikuasai oleh emosi... langsung menjudge tanpa dasar, mencari kambing hitam siapa yang salah bahkan mungkin hingga menyalahkan Tuhan, lupa pada tujuan awal/dasar, marah-marah tidak jelas, tidak dapat berpikir secara jernih dan rasional serta membiarkan dirinya menarik aura negatif dari sekitarnya.

Masuk dalam kelompok yang manakah kita? Menurut saya baik itu kelompok 1 (satu) maupun kelompok 2 (dua) adalah pilihan. Kita bebas memilih sebebas kita bernafas menghirup udara, tapi kalau kita punya peluang yang sama... Kenapa tidak memilih untuk masuk dalam kelompok 1 (satu)???

Pagi ini saya mengkaji Alqur'an Surat At-Talaq [65] dan ingin berbagi pada kawan-kawan (terutama yang berkesempatan membaca tulisan ini) sbb :

Wayardzukhu min haisyu laa yahtasib wa mayyaw tawakkal alallahi fahuwa hasbuhuu innallaha baaliqu amrihii kodja'alallahu likulli syai'in qodroon
Artinya : Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang berawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesengguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesengguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu (QS:At-Talaq [65]:3)

Subhanallah... kawan-kawan Allah telah mengingatkan kita untuk selalu bertawakal dan menjanjikan hal-hal indah atas ketawakalan kita, jika kita memilih untuk masuk dalam kelompok 1 (satu), Insya Allah kita termasuk orang-orang yang bertawakal...amin!!!

Seberapa tawakalkah kita? Sudah berdamai dengan keadaankah kita? Mungkin hanya Tuhan dan diri kita sendiri yang mengetahuinya :) just enjoy yours...


...spiRit in tHe morninG...

Tidak ada komentar: